Rabu, 09 Juni 2010

ISRA’ MI’RAJ

Setelah 11 tahun diangkat menjadi utusan Allah, Rasulullah mengalami kajadian yang amat luar biasa. Di tengah penderitaan akibat gangguan kaum Quraisy dan tugas dakwah yang berat, Allah menurunkan karunia-Nya. Apalagi, Rasulullah juga baru saja kehilangan paman dan kemudian istri tercintanya. Mereka meninggal dalam waktu yang berdekatan. Sepanjang tahun, beliau merasa sedih.
Waktu itu, beliau sedang menginap di rumah sepupunya yang bernama Ummu Hani. Perempuan salehah yang rajin membantu dakwah Rasulullah ini adalah putri Abu Thalib.
“Hai Ummu Hani!” Rasulullah mengajaknya bicara. “Apakah engkau percaya kepadaku, kalau tadi malam setelah salat bersamamu, aku diberangkatkan Allah ke Baitul Maqdis. Aku sempat salat disana,” Rasulullah bertutur tentang tempat ibadah di Palestina itu.
“Setelah itu, aku dibawa ke langit ke tujuh dan juga Sidratul Muntaha. Disana aku menerima perintah Allah untuk salat lima waktu,” lanjut Rasulullah.
Ummu Hani terkejut sekali, tapi dengan cepat ia menyahut, “Aku percaya pada apa saja yang kau katakan.”
“Aku akan menemui orang-orang Quraisy untuk menceritakan pengalaman itu sebagai rasa syukurku atas nikmat Allah. Aku berharap orang-orang Quraisy yakin bahwa peristiwa besar ini merupakan tanda kebesaran Islam dan kenabianku,” sabda Rasulullah.
“Jangan lakukan itu, ya Rasulullah. Orang-orang Quraisy itu amat benci kepadamu,” Ummu Hani merasa cemas.
“Tidak. Aku akan melakukannya. Ini amanah dari Allah,” ujar Rasulullah sambil bangkit dari tempat duduknya. Beliau pergi diikuti oleh tatapan Ummu Hani yang tampak gemetar dan cemas.
Lalu, Rasulullah berjalan menuju Ka’bah. “Hai Muhammad, apa lagi yang hendak kau katakan hari ini?” tiba-tiba terdengar suara Abu Jahal dengan nada mengejek.
“Ada berita penting yang harus kusampaikan,” jawab Rasulullah tenang.
“Apa itu?”
“Semalam, aku telah isra ke Baitul Maqdis.”
“Haa...ha..ha... Kaumku! Kemarilah kalian semua! Ada berita penting dari Muhammad!” Abu Jahal memanggil orang-orang kafir Quraisy sambil terbahak-bahak.
Dalam waktu singkat, berbondong-bondonglah penduduk Mekah datang ke Ka’bah. Mereka mengelilingi Rasulullah.
“Ada apa lagi ini?” tanya orang-orang berkasak-kusuk. “Muhammad selalu bikin ulah yang aneh-aneh,” kata kaum kafir.
Tak lama kemudian, Rasulullah memulai ceritanya. Beliau juga bercerita mengenai pertemuannya dengan para Nabi. Mereka bahkan melakukan salat barjamaah.
“Kalau engkau memang bertemu para Nabi, bagaimana penampilan mereka itu?” Abu Jahal bertanya penuh selidik.
“Nabi Isa itu mempunyai tubuh yang sedang, tidak pendek dan tidak jangkung. Warna kulitnya kemerahan. Kalau Nabi Musa bertubuh kekar dan jangkung. Kulitnya agak kehitaman. Sedang Nabi Ibrahim lebih mirip diriku,” ujar Rasulullah.
“Ah, cerita seperti itu bisa dikarang! Siapa yang bisa meyakinkan kebenaran omongannya?” orang-orang Quraisy tetap tidak puas.
Mereka ini lupa bahwa sejak Rasulullah masih kecil, sampai beliau berusia 40 tahun, tak sekali pun manusia mulia ini pernah berbohong.
“Bagaimana kami bisa memercayai kata-katamu? Perjalanan yang begitu jauh engkau tempuh dalam waktu semalaman saja?” tanya seorang pemuka Quraisy.
Akhirnya, Rasulullah bercerita lagi mengenai pertemuannya dengan beberapa kafilah yang sedang menuju Mekkah. Mereka baru akan tiba sore itu. Pada orang-orang Quraisy, Rasulullah menggambarkan ciri-ciri kafilah tadi. Beliau menjelaskan warna unta yang paling depan. Beliau juga menceritakan barang bawaan unta itu. Bahkan,Rasulullah sempat memberikan petunjuk arah pada kafilah yang tersesat.
Beberapa orang kafir Quraisy bergegas pergi dan mencari rombongan kafilah itu sebelum mereka tiba di Mekkah. Ternyata, tak satu pun keterangan Rasulullah yang berlawanan dengan keadaan mereka.
Meski demikian, kaum kafir Quraisy yang sesat itu masih saja enggan mempercayai mukjizat yang diterima Rasulullah. Mereka tetap tidak mau beriman.
Akhirnya, Rasulullah kembali ke pengikutnya. Beliau segera mengajar pengikutnya cara salat lima waktu.
Sejak itu para pengikut Rasulullah tahu bahwa salat merupakan ibadah yang paling penting. Salat merupakan cara seorang muslim melakukan komunikasi dengan Allah.
Allah akan mendengarkan do’a hamba-Nya pada waktu salat dan setelahnya. Salat juga membedakan seorang muslim dan yang bukan.
Isra’ Mi’raj telah menjadi peristiwa penting bagi setiap muslim sampai saat ini. Setiap tanggal 27 Rajab, setiap muslim di dunia mengenangnya. Banyak anak muslim yang mengingat Isra’ Mi’raj untuk memperbaiki salatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar